Selasa, 26 Juli 2016

Misteri Setan Budeg Saat Kecelakaan Kereta Api

SETAN BUDEG Atau SETAN KEDER

cerita-seram-horror.blogspot.com -
Setan Budeg selama ini dipercaya menjadi salah satu penyebab seseorang ditabrak kereta api. Setan Budeg digambarkan dapat menyebabkan seseorang yang melintas atau berjalan di rel kereta api kehilangan pendengarannya.

Setan Budeg juga diduga menjadi biang kerok penyebab tewasnya Ita Purnamasari (24), warga Kelurahan Tugu, Kecamatan Cimanggis yang terlindas kereta api di kawasan Kemiri Muka, Beji, Depok pada Rabu 25 Maret 2015 lalu. Wanita muda tersebut tewas tertabrak kereta pada Rabu pagi, pukul 08.20 WIB.

Dugaan dirasuki Setan Budeg oleh warga bukan tanpa alasan. Pasalnya, saat melintasi rel kereta api, ia sama sekali tidak mendengar teriakan yang disampaikan warga sekitar.



Sarifuddin (50) seorang penjaga lintasan KRL di kawasan Kemiri Muka, Beji, Depok mengatakan dirinya mengetahui persis kejadian tewasnya Ita Purnamasari saat disambar kereta api.

Ia ingat saat itu, bersama dengan warga setempat sudah berteriak dan mengingatkan kepada Ita agar jangan menyeberang terlebih dahulu, sebab kereta jurusan Bogor-Jakarta sedang melintas.

“Kalau kata orang tua dulu ada setan budeg atau setan keder,” kata Sarifuddin.

Sarifuddin sendiri mengaku, sebagai warga setempat istilah setan budeg atau setan keder sudah ada sejak lama. Setan budeg tersebut biasa beraktivitas di kawasan perlintasan kereta api dan kerap memakan korban.

Korban sendiri sudah diingatkan berkali-kali oleh warga namun tetap tidak mendengar. Korban tetap melangkah atau menjalankan kendaraannya meski klakson lokomotif sudah dinyalakan dengan keras.

“Karena enggak denger ya makanya dia ditabrak kereta,” tandas Sarifuddin.
dan CERITA SERAM kan ceritakan juga peristiwa MISTERI SETAN BUDEG lain nya.

Kereta Adu Banteng
Cerita Seram Setan Budeg - Tragedi Bintaro

Pernah dengar peristiwa Tragedi Bintaro 1987 ? Dimana dua buah kereta api bertabrakan ala ‘adu banteng’ menggelegar di daerah Pondok Betung, Bintaro, Tangerang pada Senin pagi, 19 Oktober 1987 silam. 156 jiwa melayang seketika, pun ratusan orang lainnya luka berat. Kecelakaan terdahsyat di Bintaro itu menjadi yang terpahit dan terburuk dalam sejarah per-keretaapian Indonesia. Bahkan sebelumnya, di Desa Ratujaya Depok pada 20 September 1968, pun terjadi hal yang sama, yang menewaskan 116 orang tewas.

Peristiwa kecelakaan kereta api antara KRL Serpong  - Tanah Abang dengan truk tanki BBM di perlintasan rel KA di kawasan Bintaro yang terjadi pada Senin (09/12) pagi kemarin menyisakan wacana di masyarakat dalam berbagai aspek. Tak hanya perihal human error atau kelalaian manusia, ataupun tanggung jawab pemerintah terkait pengadaan fasilitas keamanan di jalur kereta api, perihal urban legend atau cerita misteri pun ikut merebak.

Terjadinya kecelakaan ‘Tragedi Bintaro 2’ Senin kemarin membuat masyarakat kembali mengingat tragedi 27 tahun lalu, yang lokasi kejadiannya tak jauh dari lokasi ‘Tragedi Bintaro’ 1987 silam. Cerita mistis hingga mitos-mitos gaib pun kembali merebak. Masyarakat percaya bahwa sejumlah kecelakaan yang memakan korban nyawa menyebabkan munculnya arwah gentayangan. Yang menjadi ketakutan warga bila arwah tersebut mengganggu para pengguna jalan sehingga dapat mengurangi konsentrasi pengemudi dan berpotensi menimbulkan kecelakaan baru.

Tak jarang, penduduk setempat masih melihat para korban yang telah mati berkeliaran mencari potongan tubuhnya. Tak hanya soal si glundung pringis, hantu kepala manusia yang konon sering terlihat menggelinding sendiri dikawasan yang terkenal angker itu, mitos setan budeg, setan keder pun jadi pembicaraan hangat. Penduduk meyakini, setan budek atau setan keder hingga si glundung pringis itu hendak mengajak orang lain untuk mengikuti jejak meraka.

Istilah "setan budeg" atau "setan keder"muncul dari warga setempat, untuk menyebut lokasi perlintasan kereta api yang sering memakan korban. Karena konon, si korban seolah tak menghiraukan kereta yang bakal lewat dalam hitungan detik. Ia tetap melangkah (atau menjalankan kendaraannya), kendati sudah diperingatkan klakson lokomotif yang bersuara keras itu, atau orang-orang sekitar tempat kejadian.

Korbannya pun sudah banyak. Mulai orang yang melintas tertabrak atau terserempet kereta api, kendaraan pribadi yang melintas dan kendaraannya mati hingga akhirnya tertabrak kereta, hingga kelalaian pihak kereta api yang menyebabkan tabrakan antar kereta.

Sesumbar, Tragedi Bintaro 1987 lalu itu terjadi akibat kelalaian sang masinis yang ditengarai oleh pengaruh buruk setan budek dan setan keder. Pasalnya, salah satu masinis KA yang terlibat dalam kecelakan hebat itu (KA 225) tidak dapat memastikan apakah peluit Juru Langsir yang dibunyikan kala itu adalah bunyi semboyan 46 (kereta harus langsir) atau semboyan 40 (tanda ketika petugas peron memberi sinyal hijau kepada kondektur KA, artinya jalur telah aman untuk dilalui).

Karena kondisi kereta yang penuh sesak, masinis pun menanyakan kepada penumpang yang berdiri di luar lokomotif kala itu, dan orang tersebut menjawab jika sudah waktunya kereta berangkat yaitu Semboyan 40 tanpa memastikan kembali. Maka masinis membalas membunyikan Semboyan 41 (tanda yang dibunyikan oleh masinis dan kondektur sebagai respon atas dimengertinya semboyan 40 yang telah diisyaratkan oleh Kepala Stasiun), disusul kemudian dibunyikannya semboyan 35 (masinis membuyikan klakson sebagai tanda kereta akan berangkat).

Padahal sang Masinis tidak tahu jika semboyan 40 belum diberikan oleh Kepala PPKA, yang diberikan hanyalah Semboyan 46 dan sang masinis KA 225 langsung memberangkatkan kereta, hanya karena jawaban seseorang yang mengatakan jika kereta telah siap untuk berangkat. Inilah kesalahan fatal yang membuat kedua kereta itu berada dalam satu jalur rel kereta api.

Jika mengenai matinya mesin mobil ditengah lintasan kereta api bisa dijelaskan secara ilmiah. Begitu pula dengan berkurangnya pendengaran. Penyebab terjadinya mesin mobil mati tiba-tiba atau sulit dihidupkan kembali disinyalir akibat gesekan elektromagnetik yang terjadi antar jalur rel.

Fisikawan Johannes Surya punya jawaban lain terkait si setan budek yang sering membuat pendengaran tertutup. Menurutnya berdasarkan teori fisika, ketika KA melintas maka tekanan udara di sisi KA atau di depan kendaraan yang berhenti menunggu KA lewat akan mengecil. Sebaliknya, tekanan udara di belakang kendaraan itu membesar, yang mendorong orang ke depan.

Setan budek ataupun setan keder ini hanyalah mitos yang timbul dari anggapan-anggapan masyarakat sekitar. Bukan untuk diyakini, karena jika Tuhan sudah menghendaki terjadi, segalanya yang tak mungkin pun bisa terjadi. Menyikapi hal ini, ada baiknya kita sebagai manusia untuk menerapkan disiplin dan kewaspadaan yang lebih tinggi.

1 komentar:

  1. thank nice infonya, silahkan kunjungi balik website kami http://bit.ly/2RJsjTi

    BalasHapus